Hadis riwayat Bukhari dari Watsilah menyebutkan, ada tiga bentuk kebohongan besar yaitu laki-laki yang menisbatkan identitasnya ke pada selain ayah kandungnya, men ceritakan mimpi yang tidak pernah dilihtnya, dan mengucapkan atas nama Rasulullah apa yang tidak pernah diucapkan.
Syekh Abdul Aziz bin Fathi as- Sayyid Nada dalam Ensiklopedi Adab Islam memaparkan lebih jauh bagaimana sepatatunya se orang Muslim berhadapan dengan mimpi baiknya. Menurutnya, sikap pertama yang mesti ditunjukkan ialah rasa syukur atas mimpi baik yang ia terima. Mimpi yang baik pada dasarnya berasal dari Allah. “Jika salah seorang di antara kalian bermimpi sesuatu yang ia sukai, sesungguhnya itu berasal dari Allah, maka hendaklah ia memuji-Nya dan menceritakan mimpi itu.” (HR. Bukhari dari Abu Sa’id Al Khudri)
Menurut Syekh Nada, hendak nya mimpi baik itu ditasfirkan de ngan sebaik-baik penafsiran. Hal ini sedikit banyak akan membantu me lapangkan dada siempunya mimpi. Sebuah hadis dari Abu Hurairah menyebutkan anjuran itu, yaitu bila melihat mimpi baik maka sebaiknya ia menafsirkannya dan menceritakannya.
Bagaimana dengan mimpi bu ruk? Syekh Nada menjelaskan, mim pi yang buruk datang dari setan. Karena itu, bila mendapatinya maka dianjurkan untuk meludah ke arah kiri sebanyak tiga kali. Selain meludah, hendaknya ia berlindung kepa da Allah dari godaan setan. Caranya cukup sederhana, dengan membaca ta’awudz.
Tak cukup hanya meludah dan membaca ta’awudz, jika melihat mimpi buruk disarankan untuk meng ubah posisi tidur. Misalnya, sebelum bermimpi tidurnya terlentang, maka setelah mendapati mim pi buruk tersebut, lebih baiknya mengubahnya ke posisi miring ke sebelah kanan bagian tubuh.
Hal ini sebagaimana tertulis da lam hadis riwayat Ibn Majah dari Abu Hurairah. “Jika salah seorang dari kalian melihat mimpi yang ti dak ia sukai, hendaknya ia meng ubah posisi tidurnya, meludah ke kiri tiga kali, memohon kepada Allah kebaikan mimpi itu, dan ber lindung kepada-Nya, dari keburukannya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar